Postingan

Menampilkan postingan dengan label Artikel agama-sosial

Titel Haji; Sejarah tentang Kemuliaan dan Perlawanan

Gambar
 By: IJHAL THAMAONA Di antara sekian ibadah yang dilakukan oleh umat Islam, hanya naik haji ke Baitullah yang mendapatkan titel. Gelarnya melekat seumur hidup. Segera setelah seseorang pulang dari berhaji di Tanah Suci, masyarakat pun menyematkan titel mulia itu di depan namanya—Haji Fulan atau Hajjah Fulanah. Gelar ini bukan sekadar sebutan, tetapi simbol dari suatu perjalanan agung, kedalaman spiritualitas sekaligus napak tilas jejak historis.   Gelar ‘haji’ tak akan Anda temukan kecuali di beberapa negeri Melayu, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei. Akan halnya Indonesia, gelar haji   memiliki sejarah tersendiri.   Informasi umum yang kita terima, gelar haji pertama kali muncul di seputar tahun 1916. Gelar itu, demikian dikatakan oleh Agus Sunyoto, secara sengaja diberikan oleh Kolonial Belanda kepada orang-orang yang telah berhaji. Bukan penghormatan, tetapi untuk  kepentingan  pengawasan. Mengapa harus diawasi? Karena para haji waktu itu bukan han...

Imsak, Mudik, Halal bi halal dan Islam Nusantara

Gambar
Ijhal Thamaona  Saban Ramadhan dan Idul fitri, kita menyaksikan rupa-rupa tradisi khas umat Islam di Nusantara. Sebagiannya adalah ijtihad para ulama dan beberapa yang lainnya adalah kebiasaan muslim Nusantara yang akhirnya menjadi tradisi. Salah satu bentuk ijtihad ulama kita adalah adanya waktu imsak sepuluh menit sebelum fajar menyingsing. Anda cari di negeri muslim mana pun tak ada yang demikian, ini khas Islam di Nusantara (Indonesia). Imsak artinya adalah menahan. Dalam konteks puasa pada bulan Ramadhan maka imsak adalah waktu untuk menahan diri tidak makan, minum, berhubungan suami istri dan menahan diri dari larangan lainnya dalam berpuasa. Kata ini dari bahasa Arab, tetapi menjadi istilah tersendiri, murni hanya di Nusantara. Ulama Nusantaralah yang menemukan istilah tersebut dan menjadikan semacam tradisi bahkan ajaran. Dalam aturan fikih, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW, menahan diri untuk tidak makan dan minum, dimulai saat terbit fajar dan berakhir pada...

Sekali lagi Soal Sesat dan Penyesatan dalam Beragama (Bagian Kedua): Bisakah Merangkul Sang Lian?

Gambar
  Ini adalah bagian kedua dari tulisan soal “Sekali lagi Soal Sesat dan Penyesatan dalam Beragama.” Bagian kedua tulisan ini, fokus pada pendekatan dalam menyelesaikan munculnya kelompok yang dianggap menyempal dari ajaran agama mainstream . *** Pasang surut sesat-menyesatkan dalam agama apa pun, biasanya mengikuti naik turunnya dominasi puritanisme dalam agama tersebut. Gellner (1988) melihat ini ibarat pendulum, yakni sebuah proses bolak-balik dalam sejarah perkembangan agama.   Sebagaimana ayunan pendulum, yang sebentar bergerak ke kiri dan di lain waktu bergeser ke kanan, maka agama pun senantiasa berada pada titik yang berubah-ubah. Ada masa agama berkembang kelompok moderat, tetapi di lain waktu didominasi para kaum puritan. Tepat Ketika agama berada pada posisi puritanisme ini, biasanya pelabelan sesat terhadap yang berbeda mudah terjadi. Apalagi jika di sana berkelindan pula persoalan politik kekuasaan. Saya tidak akan mengurai lebih lanjut soal itu, tetapi...

Sekali Lagi Soal Sesat dan Penyesatan dalam Beragama (Bagian Pertama): Sempalan, Persoalan Teologi atau Politik?

Gambar
  Tulisan ini merupakan tulisan pertama soal tradisi sesat- menyesatkan dalam beragama. Dalam seri pertama ini, persoalan sesat-menyesatkan ini akan dilihat dari sisi teologi dan politik. Selanjutnya seri kedua, akan melihat fenomena sesat di Indonesia dan bagaimana seharusnya menanganinya. *** Sesat, heretic dan menyempal adalah istilah yang lazim dalam umat beragama. Semua agama hampir pasti menggunakan istilah ini untuk memberikan label pada kelompok atau aliran yang dianggap berseberangan dengan keyakinan mainstream . Di tubuh Kristen ada sekte semacam Yehuwa, Mormon, Children of God dan Christian Science   yang dianggap menyempal. Di Katolik pun demikian, ada Febronianisme, dan Gallikanisme yang juga disebut sesat. Tentu yang dituduh sesat, justru merasa merekalah yang lurus. Yehuwa, misalnya, menyebut ajarannyalah yang betul-betul ikut ajaran Yesus atau Isa al-masih, yang lain justru telah tergelincir. Bagaimana dengan Islam? Setali tiga uang, agama terakhir in...

LIA EDEN , ALIRAN SEMPALAN & KITA YANG MEMPERTUHANKAN AGAMA

Gambar
 Ijhal Thamaona Siapa yang tidak kenal Lia Eden? Kalau pertanyaan itu dilontarkan saat ini, mungkin banyak yang akan mengancungkan jari. Iya, wanita kontroversial itu beritanya sudah tertimbun berbagai isu yang muncul belakangan dan tak kalah polemisnya. Tetapi dulu, di seputar tahun 2000-2005, ketenarannya pernah membumbung langit.    Hal itu terjadi, ketika wanita yang bernama asli Lia Aminuddin, pimpinan Sekte   God's Kingdom Eden , pernah mengaku Jibril dan berniat membubarkan semua agama. Publik segera saja dibuatnya tersentak, macam penggemar Real Madrid yang menyaksikan klub bolanya dibantai tim semenjana. Lia Eden kini betul-betul telah tertimbun dalam arti sebenarnya. Ia telah berkalang tanah pada Jumat 9 April 2021. Konon ia tidak dikebumikan, tetapi dikremasi, jadi istilah berkalang tanah kurang tepat ya? ( Ah … sudahlah, itu istilah saja he..he … Yang pasti ia telah meninggal dunia). Lia Aminuddin sejatinya terlahir sebagai Muslimah. Seperti anak-anak...