Trans people making the hajj to Mecca: Religiosity and social inclusion in Indonesia
ABSTRACT
Trans people in Indonesia have fought long and hard for social
inclusion. In the town of Segeri in South Sulawesi, trans people
have pro-actively sought such inclusion through making the
Islamic pilgrimage to Mecca (hajj) and becoming recognised as a
haji. This article draws on fieldwork conducted in Segeri with
trans people preparing for, or who had already completed, the
hajj. For these trans people, the hajj enables recognition as a
legitimate part of Muslim Segeri society. After completing the hajj,
trans people may be invited to take leading religious roles in
Segeri ceremonies such as mappeca sure’ (a ritual commemorating
the parting of the Red Sea by Moses, known in Arabic as Ashura)
and assalama (a blessing and salvation ritual). Trans people in
Segeri frame their pilgrimage to Mecca as a strategic model that
other trans Indonesians can follow to gain social acceptance.
This article focuses on the stories of two trans groups: bissu
(transgender spiritual leaders) and calabai (trans women). It
examines how the hajj enables trans people in Segeri to confirm
themselves as good Muslims worthy of social acceptance.
(ABSTRAK)
Orang-orang transgender di Indonesia telah berjuang lama dan keras
untuk inklusi sosial. Di kota Segeri di Sulawesi Selatan, mereka secara
proaktif mencari inklusi tersebut dengan melakukan naik haji ke
Mekkah. Artikel ini mengacu pada kerja lapangan yang dilakukan di
Segeri dengan kelompok transgender yang sedang bersiap atau yang
sudah naik haji. Bagi orang-orang transgender ini, ibadah haji
memungkinkan mereka mendapat pengakuan sebagai bagian sah
dari masyarakat Muslim Segeri. Setelah menyelesaikan ibadah haji,
mereka dapat diundang untuk mengambil peran keagamaan utama
dalam upacara Segeri seperti mappeca sure’ (ritual memperingati
terbelahnya Laut Merah oleh Nabi Musa yang dikenal dalam bahasa
Arab sebagai Asyura) dan assalama (ritual berkah dan keselamatan).
Kelompok transgender di Segeri membingkai ziarah mereka ke
Mekah sebagai model strategis yang dapat diikuti oleh para
transgender lainnya di Indonesia untuk dapat diterima secara sosial.
Artikel ini berfokus pada kisah dua kelompok transgender: bissu
(pemimpin spiritual transgender) dan calabai (perempuan
transgender). Artikel ini menelusuri bagaimana ibadah haji
memungkinkan orang-orang transgender di Segeri mengonfirmasi
diri mereka sebagai Muslim yang baik yang layak diterima secara
sosial.
CONTACT Syamsurijal)
Komentar
Posting Komentar