REEVALUATING APPROACHES TO RELIGIOUS MODERATION AT THE GRASSROOTS LEVEL: The Role of Muslim Youth in Advancing Interfaith Dialogue
This paper examines the potential role of Muslim youth as alternative
partners in fostering religious moderation at the grassroots level. It
identifies two central issues in current religious moderation policies: (1) an
overemphasis on programs aimed at security and deradicalization, which
overshadow initiatives that encourage harmonious inter- and intra-religious
relationships, and (2) a predominantly top-down approach that limits grassroots
participation, particularly among young people. These challenges expose gaps in
policy strategies and highlight unequal public engagement in religious
moderation efforts led by the government. Addressing these concerns, the study
proposes alternative policy strategies that actively involve Muslim youth, who
bring their own understanding of religious moderation cultivated through
participation in various Islamic organizations and youth forums. This study
adopts a qualitative research methodology, incorporating data from in-depth
interviews with students, academics, and activists; direct observations of
interfaith dialogue groups and communities; and document analysis. Fieldwork was
conducted in Semarang and Yogyakarta—cities renowned for their robust interfaith
dialogue networks and advocacy in Indonesia. The paper ultimately argues that
Muslim youth’s active involvement in interfaith dialogue is a viable strategy to
expand engagement at the grassroots level, especially among marginalized
communities or those disadvantaged by hierarchical religious moderation
policies.
(Tulisan ini mengkaji peran muda-mudi muslim sebagai mitra
alternatif dalam implementasi moderasi beragama di tingkat akar rumput. Ada dua
permasalahan yang perlu digarisbawahi terkait kebijakan moderasi beragama: 1)
program yang berorientasi pada keamanan dan deradikalisasi lebih besar daripada
upaya membangun keharmonisan hubungan antar/ intra umat beragama dalam kebijakan
moderasi beragama, 2) pendekatan top-down tidak mengakomodasi partisipasi dari
bawah khususnya generasi muda. Kedua permasalahan ini menimbulkan kesenjangan
antara strategi kebijakan dan respons masyarakat terhadap program moderasi
beragama yang dilakukan pemerintah. Berangkat dari permasalahan tersebut,
tulisan ini menawarkan alternatif strategi kebijakan yang melibatkan generasi
muda, yang mempunyai definisi tersendiri mengenai moderasi beragama melalui
keterlibatan mereka dalam beberapa organisasi Islam dan forum kepemudaan
lainnya. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data berupa
hasil wawancara mendalam dengan mahasiswa, akademisi, dan aktivis; observasi
langsung pada kelompok/komunitas dialog antaragama; dan analisis dokumen.
Penelitian lapangan dilakukan di Semarang dan Yogyakarta, dua kota di Indonesia
yang memiliki jaringan dan advokasi dialog antaragama yang baik. Penelitian ini
menunjukkan bahwa keterlibatan generasi muda dalam dialog antaragama dapat
menjadi strategi alternatif untuk menjangkau lebih banyak komunitas di tingkat
akar rumput, terutama kelompok masyarakat yang menyandang status minoritas dan
posisi yang tidak terfasilitasi akibat kebijakan moderasi beragama yang bersifat
hierarkis).
Komentar
Posting Komentar