Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Titel Haji; Sejarah tentang Kemuliaan dan Perlawanan

Gambar
 By: IJHAL THAMAONA Di antara sekian ibadah yang dilakukan oleh umat Islam, hanya naik haji ke Baitullah yang mendapatkan titel. Gelarnya melekat seumur hidup. Segera setelah seseorang pulang dari berhaji di Tanah Suci, masyarakat pun menyematkan titel mulia itu di depan namanya—Haji Fulan atau Hajjah Fulanah. Gelar ini bukan sekadar sebutan, tetapi simbol dari suatu perjalanan agung, kedalaman spiritualitas sekaligus napak tilas jejak historis.   Gelar ‘haji’ tak akan Anda temukan kecuali di beberapa negeri Melayu, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei. Akan halnya Indonesia, gelar haji   memiliki sejarah tersendiri.   Informasi umum yang kita terima, gelar haji pertama kali muncul di seputar tahun 1916. Gelar itu, demikian dikatakan oleh Agus Sunyoto, secara sengaja diberikan oleh Kolonial Belanda kepada orang-orang yang telah berhaji. Bukan penghormatan, tetapi untuk  kepentingan  pengawasan. Mengapa harus diawasi? Karena para haji waktu itu bukan han...

Piagam Menara Gading

Gambar
  Ijhal Thamaona Ruang berpendingin malam itu tidak kuasa menyingkirkan keringat yang terus merembes keluar dari pori-poriku. Adrenalin yang terpacu memaksa hormon-hormon dalam tubuhku memproduksi keringat dalam udara yang disemprot AC.  Seiring dengan gemuruh aula megah itu, adrenalinku terasa makin bergerak cepat ketika namaku disebut. Dr. M aulana E ka R asyid A rfan S aputra A lamsyah T aufik A bdullah H afidz U mar , MA, M.Si, Ph. D.,  peneliti terbaik tahun ini. Dengan langkah yakin, aku menuju panggung. Jas terbaik menempel rapi di tubuhku. Beberapa kolegaku terlihat memotret dengan HP-masing-masing. Direktur dari Lembaga Riset  tempatku bekerja menyodorkan piagam berbingkai kuning keemasan. Sorot lampu memantul dari bingkai piagam itu. Lalu Pak Direktur berkata, “penghargaan ini diberikan kepada Saudara Maulana Eka, ah panjang sekali namanya ya....,tetapi kami biasa memanggilnya ‘Dr. MERASA TAHU.’ Ucapan Pak Direktur terputus oleh sorak-sorai hadirin dan tepu...

Anak Miskin Jadi Sarjana: Bukan Keajaiban, Tapi Tanda Gagalnya Sistem Pendidikan

Gambar
  Ijhal Thamaona Kisah-kisah tentang keluarga miskin yang  berhasil menyekolahkan anaknya hingga mencetak sarjana bahkan sampai meraih gelar doktor, selalu mengalirkan inspirasi.  Di media sosial ceritanya memantik perhatian yang tinggi. Narasinya dibagikan berulang-ulang. Orang menanggapinya dengan pujian dan rasa haru. Keberhasilan  orang-orang miskin itu menorehkan kesan yang kuat. Sebab mereka meraih sarjana dengan perjuangan yang berdarah-darah. Ada yang orang tuanya hanya buruh tani, payabo-yabo  (pemulung), pembantu dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang menunjukkan mereka dari kelas bawah.  Simaklah kisah Siti Soleha, siswa dari Indramayu yang orang tuanya hanya buruh tani, tetapi bisa tembus kulih S2 Northeast Normal University, China. Orang tuanya dan dia sendiri harus jungkir balik untuk bisa terus mengecap pendidikan. Di lain tempat ada cerita tentang Chanita, demi dia agar bisa merengkuh cita-cita merebut gelar sarjana, kakaknya memilih putus...